1. PUNCAK dari kemarahan seorang perempuan ialah diam, sebab ia sudah
merasa suaranya tidak lagi didengar sehingga lebih baik bungkam dan
melakukan pembiaran
2. Lebih menyakitkan didiamkan oleh perempuan yang kita cintai daripada
dicereweti, sebab saat perempuan masih cerewet itu petanda masih peduli
untuk menjadikan kita lebih baik lagi dalam membijaksanakan penghidupan.
3. Perempuan tidak mungkin cerewet jika kita mampu mencukupi kebutuhan
lahir-batinnya, jadi serupa rambu-rambu lalu lintas, saat perempuan
cerewet maka itu sudah lampu kuning agar kita segera berlalu dari
jebakan lampu merah kemalasan, menuju lampu hijau ‘tuk menjalani
kesuksesan
4. Jangan menafsirkan keluhan perempuan sebagai kesialan, justru itu
anugerah terbaik yang diberikan Allah sebagai upaya penyadaran
hakikatnya lelaki itu imam rumah tangga yang mestinya setingkat lebih
tinggi dalam hal kemantapan pola pikir dan kesabaran
5. Berbahagialah sebab perempuan di sampingmu masih menyediakan suaranya
untuk menegurmu ketika ada kekurangan, bukankah itu juga yang dirimu
inginkan saat memilihnya menjadi pendamping hidupmu yakni saling
menyempurnakan
6. Percayalah, perempuan itu menginginkan lelakinya terus berkembang
dalam segala hal, sebab ia tak mau melampaui imam rumah tangganya
sehingga saat melihat ada kekurangan dalam diri seorang lelaki,
perempuan itu merasa perlu untuk mengambil kebijakan dalam mengingatkan
sebelum lelakinya mengalami kegagalan
7. Dari itu kepada kaum lelaki, mari berpikir dewasa bahwa bukan hanya
kita yang bertanggungjawab untuk mengarahkan perempuan menjadi lebih
baik, tetapi juga perempuan juga memiliki hak untuk menyemangati dengan
caranya sendiri dan tak jarang melalui kecerewetan, sehingga lelaki
merasa tertampar harga dirinya untuk kemudian lebih fokus menata masa
depan.
www.sbobet.com
ReplyDeletewww.sbobet.com
www sabung pw
ayampw