Banyak
hal yang dijadikan pertimbangan seorang laki-laki ketika ia akan
menikah. Banyak aspek yang mereka pikirkan sebelum akhirnya memilih
bidadari yang kelak mendampinginya dalam arungi samudera kehidupan. Satu
di antara banyaknya hal tersebut adalah apakah ia akan menikah dengan
seorang gadis atau janda.
Pertimbangan
seseorang dalam memilih pasangan hidupnya sangat terkait erat dengan
pribadi sang pemilih. Kemudian yang menjadi faktor pengaruhnya adalah
kehidupan sehari-hari, keluarga, lingkungan sekitar, termasuk agamanya.
Jika Gadis yang Menjadi Tambatan Hati
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam salah satu riwayatnya menyarankan
agar umatnya menikah dengan gadis. Karena mereka bisa saling bermesraan,
bermain, subur dan mudah menerima serta tidak membandingkan, sebab
belum pernah menikah dengan orang lain.
Selain
itu, seorang gadis memiliki kadar kecintaan yang besar dan tulus serta
besarnya rasa terima kasih kepada laki-laki yang telah memilihnya
menjadi istri, padahal di luar sana ada banyak wanita lain dengan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki.
Hal lain yang sering menjadi pertimbangan, bahwa dengan menikahi gadis seorang laki-laki tidak akan mendapat ‘warisan’ masalah.
Jika
menikahi gadis sudah menjadi sesuatu yang lumrah, maka tidak demikian
jika yang dinikahi oleh seorang laki-laki-lajang atau duda-adalah sosok
yang sudah pernah menikah.
Selain ‘warisan’ berupa anak dan barangkali masalah dengan mantan suami, anggapan miring masyarakat
sering dialamatkan oleh masyarakat kepada mereka yang menikahi janda.
Baik
anggapan bahwa sang laki-laki mengincar harta-jika janda kaya yang
dinikahi-, jabatan-jika jandanya berpangkat-, atau warisan dan
kehormatan dan predikat duniawi lainnya.
Janda
juga rentan dinikahi ketika ia memiliki sifat sedikit syukur dan banyak
menuntut. Selain itu, kekhawatiran apakah sang anak bisa mencintai ayah
barunya juga sering dijadikan pertimbangan.
Otomatis, jika sang janda banyak anaknya, maka faktor penghasilan dan kehidupan ekonomi penting juga untuk dipikirkan.
(Bukan) Gadis atau Janda
Rasulullah
memang secara langsung memberi nasihat agar seorang laki-laki menikahi
gadis. Sedangkan terhadap janda, beliau hanya pernah membenarkan
sahabatnya yang menikah dengan janda. Padahal, jika melihat sejarah,
dari banyak istri Nabi, hanya satu yang dinikahi saat masih gadis;
sedang selainnya janda. Bahkan Ummu Khadijah binti Khuwailid menjanda
dua kali sebelum menikah dengan Rasulullah.
Selain
itu, dalam hadits lain terdapat isyarat persetujuan Nabi bagi seseorang
yang menikahi janda, Nabi memberi garansi surga bagi siapa yang
menyantuni janda. Apalagi menikahinya secara syar’i, kemudian mencukupi
kebutuhan lahir dan bathinnya.
Nah,
lantaran dua hal ini, gadis ataupun janda sebenarnya tidak masalah.
Tinggal melihat kecenderungan masing-masing, kesiapan diri dan keluarga,
serta niatnya. Sebab, ketika seseorang menikahi seorang wanita-gadis
ataupun janda-karena Allah Ta’ala dengan melihat agama dan kualitas
akhlaknya, maka yakinlah bahwa itulah pernikahan yang diberkahi.
Itulah
pernikahan yang ditetapkan iman atas pelakunya, dan disuburkan bagi
mereka amal shalehnya. Kelak, pasangan inilah yang akan dikumpulkan di
surga-Nya. Aamiin.(keluargacinta.com)
0 Response to "Dalam Islam Mana Lebih Baik Dinikahi, Gadis atau Janda? Ini Jawabannya "
Post a Comment